Tugas KSP. dosen: Dwi Ajeng Windarini, S.sos, M.Si
NAMA : ULFA KARINA
KELAS : B
NIM : 2011-41-142
FAKULTAS : ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)
1. TEORI DISONANSI
KOGNITIF (FESTINGER)
Teori Disonansi beranggapan, bahwa dua elemen pengetahuan “merupakan hubungan yang disonan (tidak
harmonis) apabila, dengan mempertimbangkan dua elemen itu sendiri, pengamatan
satu elemen akan mengikuti elemen satunya” (Festinger,
1957.hlm13).
Seperti pada teori konsistensi lainnya, teori ini
berpendapat : “karena secara psikologis
tidak nyaman, maka akan memotivasi seseorang untuk berusaha mengurangi
disonansi dan mencapai harmoni/keselarasan” dan “selain upaya itu orang juga akan secara aktif menolak situasi-situasu
dan informasi yang akan meningkatkan disonansi”
·
(disonansi adalah : kondisi di dalam proses
komunikasi yang tidak menyenangkan secara psikologis)
Didalam teori disonansi kognitif ini ada elemen yang dipermasalahkan
, dan elemen yang dipermasalahkan di teori ini adalah:
1.
Persepsi
2.
Sikap
3.
Perilaku
4.
pengetahuan
Dalam teori ini ada hubungan yang di bahas didalam nya dan
hubungan yang dibahas adalah :
1.
Tidak relevan satu sama lain
2.
Konsisten satu sama lain (didalam istilah
Festinger inilah yang di sebut harmoni)
3.
Tidak konsisten satu sama lain atau (disonan/
tidak harmonis)
Dalam istilah festinger hubungan tidak selalu
dikaitkan secara logis dengan konsistensi
Dalam sebuah teori pasti akan ada
konsekuensi yang muncul. Di dalam teori disonansi kognitif ini keonsekuensi
yang muncul adalah :
1.
Pada pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan disonansi diprediksikan akan muncul karena alternative pilihan yang ditolak
berisi fitur-fitur yang akan menghakibatkan ia diterimadan alternative pilihan
yang di pilih berisi fitur-fitur yang
akan mengakibatkan ia ditolak. Dengan kata lain, semakin sulit dibuat keputusan, maka semakin
besar disonansi setelah keputusan diambil(disonansi pasca keputusan). Selain itu, semakin penting sebuah keputusan, maka semakin besar pula
disonansi pasca-keputusan. Sejumlah penelitian menunjukkan bukti untuk
mendukung hipotesis ini : “seorang peneliti melaporkan seorang pembeli mobil-mobil baru lebih
tertarik membaca informasi dan iklan yang baru mereka beli daripada mobil lain.
(Ehrlich Guttman, Schonbach, dan Millis, 1957)
karena iklan dianggap menekankan pada “keuntungan” dari produk-produk
yang mereka promosikan, mungkin para pembeli mobil baru berupaya mencari
pengamatan atau keputusan mereka dengan membaca iklan-iklan tentang mobil yang
baru saja mereka beli. Jiga terdapat bukti perubahan pada daya tarik alternative pilihan setelah keputusan
diambil. Dengan kata lain , setelah keputusan diambil di antara banyak alternative pilihan yang
diranking sesuai keinginan, maka alternative pilihan yang dipilih akan terlihat lebih sesuai keinginan dibandingkan ketika ia
belum diputuskan untuk dipilih, dan alternative pilihan yang ditolak
tampakmemang tidak sesuai dengan keinginankita dibandingkan dengan seblum sikap
mengatakan, “preses pasca-keputusan
perubahan kogmitif yang tidak berbeda dengan perubahan sikap, efek
proses ini benar-benar secara sah bisa disamakan dengan perubahan sikap”
(Keider, Collins, dan Miller, 1969. Hlm 205)
2.
Kepatuhan terpaksa
3.
Paparan selektif&perhatian selektif
4.
Pilihan hiburan
5.
Pengingatan selektif.
Contoh :
Contoh dari teori ini apabila kita sedang mencoba pergi ke
toko gadget dan sedang ingin membeli satu barang, kita dihadapkan dengan dua
barang terbaru dengan dua merk berbeda, satu merk sebut saja merk A di
publikasikan oleh seorang selles yang cantik dan ramah, ia menjelaskan fitur
demi fitur dari gadget tersebut, dan gadget dengan merk kedua sebut saja merk B
di publikasikan dengan selles yang cantik namun
tidak ramah sehingga dalam penjelasan fitur pun tidak begitu jelas,
dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya kita membeli gadget dengan merk A
karena di dukung dengan aspek yang membuat kita nyaman, sementara gadget merk B
menimbulkan DIsonan karena sang selles yang tidak ramah. Setelah kita membeli
gadget merk A, kita akan melihat gadget merk B biasa saja, Karen aterus
teringat dengan perlakuan selles yang tidak ramah tersebut.
2. TEORI PERSPEKTIF
PERTUKARAN (PERTUKARAN SOSIAL) THIBAULT AND KELLAY
Teori perspektif pertukaran perkembangan ini dikembangkan
oleh Thibault and Kellay, inti teori ini mengatakanbahwa hubungan antar pribadi
bisa diteruskan dan dihentikan. Hal ini disebabkan karena dalam perkembangan
hubungan antar pribadi, setiap orang mempunyai pengalaman tertentu sehingga dia
dapat membandingkan factor-faktor motivasi dan sasaran hubungan antarpribadi
yang dilakukan diantara beberapa orang. Makin besar keuntungan yang diperoleh
dari hubungan antarpribadi maka makin besar peluang tersebut diteruskan.
Sebaliknya, semakin kecil keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari hubungan
antar pribadi maka makin kecil peluang hubungan akan diteruskan.
Contoh : sebuah hubungan
pertemanan pun bisa menjadi contoh dari teori ini, misalnya seorang eksekutif
muda berteman dengan seorang pengacara, suatu hari eksekutif muda tersebut
memiliki masalah dengan usaha nya, usaha nya tersandung masalah hukum yang
mengharuskan nya ia memiliki pengacara, sebagai seorang sahabat sang pengacara
pun akhirnya menawarkan diri untuk membantu menyelesaikan masalah, akan tetapi
ternyata kredibilitas dan kapabilitas dari pengacara tersebut tidak memenuhi
dan akhirnya sang eksekutif muda tersebut kalah di dalam persidangan pertama. Sang
eksekutif muda merasa bahwa semasa ia menggunakan sahabatnya menjadi pengacara
ada beberapa hal yang kurang memenuhi syarat, sehingga keuntungan yang di
dapatkan pun sedikit. Akhirnya setelah menimbang-nimbang dari berbagai aspek,
sang eksekutif muda akhirnya memutuuskan untuk berpindah ke pengacara lain, dan
tidak menggunakan jasa sahabat nya lagi. Dan pengacara yang ia rekrut sekarang
memiliki kredibilitas dan kapabilitas yang jauh memenuhi dari sahabat nya
sendiri, sehingga pada persidangan kedua sang eksekutif muda itu pun
memenangkan persidangan dan memperoleh kembali izin melakukan usaha nya
3. TEORI KESEIMBANGAN
HEIDER
Teori keseimbangan berkenaan dengan cara seseorang menata sikap terhadap orang atau
benda dalam hubungan nya satu sama lain di dalam struktur kognitifnya sendiri, sebagian besar biasanya memuji Fritz Heider (1946)
dengan pernyataan pertamanya tentang
teori konsistensi, meskipun konsep informal itu dapat ditelusuri kembali pada karya sebelumnya
(lihat Keisler,Collins dan Miller hlm.157). sebagai seorang psikolog . Heider
peduli terhadap cara seseorang menata sikap terhadap orang dan benda dalam
hubungan nya satu sama lain di dalam struktur kognitifnya sendiri. Heider(1958)
mengemukakan bahwa keadaan yang tidak seimbang
menimbulkan ketegangan dan
membangkitkan tekanan-tekanan untuk
memulihkan keseimbangan . dia mengatakan bahwa “konsep keadaan seimbang menunujukkan
sebuah situasi yang di dalamnya unit-unit yang ada dan sentiment-sentimen yang dialami
“hidup” berdampingan tanpa tekanan” (hlm176).
Paradigm Heider :
Paradigma Heider berfokus pada dua individu, seseorang (P),
objek analisis dan beberapa orang lain (O), dan objek fisik,
gagasan, atau peristiwa (X). focus Heider adalah :
Pada bagaimana hubungan di antara ketiga entitas ini di
organisasikan dalam benak seseorang (P). heider
membedakan dua jenis hubunngan di
antara ketiga entitas ini, hubungan
kesukaan (L) dan hubungan unit (U) (penyebab kepemilikan,kesamaan,dan
sebagainya). Dalam paradigm Heider “keadaan seimbang hadir apabila hubungan
ketiganya positif dalam segala hal atau apabila dua negative dan satu
positif”(1946,hlm110.) semua kombinasi lain adalah tidak seimbang.
Dalam konsep Heider, tingkat kesukaan tidak bisa
direpresentasikan; sebuah hubungan bisa
positif atau negative. Diasumsikan bahwa
sebuah keadaan seimbang adalah stabil dan menolak pengaruh-pengaruh dari luar. Keadaan tidak seimbang
diasumsikan tidak stabil dan menciptakan
ketegangan psikologis dalam diri
seseorang, ketegangan ini “mereda hanya
apabila perubahan di dalam situasi
tersebut terjadi sedemikian rupa
sehingga tercapai keadaan seimbang”
(Heider,1958 hlm180) hal ini menentukan secara tepat ketertarikan komunikator
pada teori tersebut karena ia menunjukkan
sebuah model perubahan sikap dan penolakan terhadap perubahan sikap.
Keadaan yang tidak seimbang, sebagai keadaan yang tidak stabil, rentan untuk
berubah menjadi seimbang, keadaan seimbang,
sebagai keadaan stabil, menolak perubahan.
Contoh : Kaneta adalah kakak pertama dari 3 bersaduara, suatu hari
hujan lebat dan Kaneta harus menjemput adiknya yang hujan deras, Kaneta awalya
tidak ingin menjemput adiknya dikarenakan hujan cukup deras dan berpetir,
sementara itu adik nya menelpon bahwa uang jajan nya sudah habis dan tidak bisa
naik ojek, di dalam hal ini timbul ketegangan psikologis di dalam pikiran
Kaneta. Akhirnya dengan menggunakan jas hujan, Kaneta menjemput adik nya dan
tidak menghiraukan deras nya hujan dan petir, sesampainya disana ia bisa
menjemput adik nya yang sudah kehabisan ongkos, anehnya Kaneta merasa lega, karena sudah bisa menjalankan kewajiban
dan tanggung jawab nya sebagai kakak pertama yang harus melindungi adik nya. Di
dalam kondisi ini disebut keadaan seimbang karena ada nya perubahan dari
ketegangan psikologis yang menyebabkan keadaan itu menjadi seimbang.
4. TEORI SIMETRI (NEWCOMB)
MODEL A-B-X
Pakar psikologi social Theodore M. Newcomb(1953)
mengambil dari teori keseimbangan Heider dan menerapkan nya pada komunikasi
antar manusia. Diamenggunakan istilah teori
simetri untuk membedakan nya. Dengan teori keseimbangan dan berpendapat : “bahwa kita saling mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan simetri(atau keseimbangan atau
ekuilibrum)”
Newcomb mengemukakan bahwa upaya-upaya untuk
mempengaruhi orang lain adalah fungsi
daya tarik seseorang bagi orang lain . dalam hal ini teori Newcomb, lebih
merupakan sebuah teori daya tarik antar individu daripada teori perubahan sikap. Apabila kita gagal mencapai
hubungan simetri melalui komunikasi dengan orang lain tentang sebuah objek yang
penting bagi kita, maka kemudian kita dapat mengubah sikap kita baik terhadap
orang itu maupun pada objek yang diperbincangkan guna menciptakan simetri.
Didalam teori ini Newcomb
memberi label A dan B bukan P dan O seperti apa yang dilakukan oleh
Heider . dan tetap memberikan label X diantara mereka untuk memepresentasikan
objek sikap mereka. Karena ini merupakan komunikasi yang berhubungan dengan dua
orang. Sebagaimana Heider, dia mengasumsikan kebutuhan masnusia atas Konsistensi,
yang
dia sebut dengan sebuah
“ketegangan konstan terhadap simetri.” Apabila A dan B tidak setuju tentang X, jumlah
ketegangan terhadap simetri akan tergantung pada intesitas sikap A terhadap X
dan daya tarik A bagi B. meningkatnya daya tarik A bagi B dan meningkatnya
sikap intesitas sikap A terhadap X akan
mengakibatkan :
1.
Peningkatan ketegangan terhadap simetri di pihak
A terhadap B atas sikap mereka terhadap X,
2.
Kemungkinan bahwa simetri akan tercapai, dan
3.
Kemungkinan sebuah komunikasi antara A dan B
tentang X. butir terakhir, tentu , merupakan focus perhatian kita.
Newcomb mengatakan : “kemungkinan pengarahan simetri A ke B dalam
memandang X akan bervariasi sebagai
sebuah fungsi ganda perbedaan yang dirasakan (misalnya bertentangan dengan
simetri yang dirasakan) dengan valensi terhadap B dan valensi terhadap X”
Newcomb, berbeda dengan Heider, menekankan
komunikasi. Semakin tidak simetri antara A dan B terhadap X, maka semakin
besarkemungkinan A akan berkomunikasi dengan B tentang X. simetri memprediksikan
bahwa manusia berasosiasi atau menjadi teman bagi manusia lain yang berpendapat
sama.
Namun demikian agar terjadi perubahan sikap,
seseorang harus berhubungan dengan informasi yang berbeda dengan sikapnya saat
ini. Teori simetri Newcomb memprediksikan bahwa semakin A tertarik pada B
(seseorang atau sebuah kelompok), maka semakin besar perubahan opini pada pihak A terhadap posisi B.
Contoh :
ada dua orang
mahasiswa komunikasi yang berbeda kelas sedang mendiskusikan sebuah mata kuliah
dengan satu dosen yang sama, sebut saja pihak A dan pihak B. pihak A
mengutarakan, bahwa ia tidak menyuka si dosen X ketika mengajar karena terlalu
bertele-tele dan tidak menguasai kelas juga materi, sehingga kuliah yang disampaikan
tidak maksimal. Sementara itu B juga tidak menyukai cara mengajar dosen X
dilihat dari aspek ketepatan waktu juga kehadiran dosen X saat mengajar, pihak
B berpendapat bahwa dosen X tidak bisa menghargai waktu, dan menghambat proses
berjalan nya kuliah.
Dari kedua hubungan
di atas mahasiswa A dan mahasiswa B memiliki ketertarikan yang sama, yang dalam
hal ini adalah ketidak sukaan nya dengan dosen X. mahasiswa A pun begitu ber
api-api ketika membicarakan dosen X yang menurut nya tidak sesuai dengan ketentuan
sebagai dosen yang sering menyulitkan mahasiswa nya, sehingga mahasiswa B pun
menimpalo nya dan mempunyai opini yang akhirnya sama dengan mahasiswa A. dapat
dillihat bahwa mahasiswa A bisa mempengaruhi lebih jauh mahasiswa B dengan
opini tentang dosen X sehingga terciptalah hubungan yang simetri antara
mahasiswa A dan Mahasiswa B.
sumber :
- Teori Komunikasi (sejarah,Metode, dan Terapan di dalam Media Massa) Werner J. Severun- James W Tankard, Jr
Komentar
Posting Komentar