Toilet Duduk
Pagi hari tersadar, bergumam dan membuat perjanjian ah tidak, rasanya lebih tepat bernegosiasi untuk tetap beradu sendu didalam mimpi, atau angkat kaki menuju kamar mandi. Tiba-tiba sudah wangi.
Pukul 06:00 yang berkoar bukanlah sonar, tetapi lebih pada kelakar di dalam perut, menahan lapar hingga matahari tinggi, atau mengisi perut dan bernegosiasi dengan waktu. Tiba-tiba perut sudah terisi.
Himpit duduk dan sesak, megitari lapangan dimana burung angkasa itu mendarat dengan aduhai, semilir angin bertaut-taut meniup rambut yang tersisir rapi. Tiba-tiba macet tak henti.
Bus melaju di jalur, dinginnya kotak raksasa itu menambah kantuk yang berdurasi setengah jam. Tiba-tiba sudah sampai.
Kembali ucapan selamat pagi, dan sapaan terlontar juga menghampiri, ambil minum lalu pergi ke toilet duduk. Tiba-tiba mentari meninggi
Setelah tumpukan kertas, dan langit berganti oranye, playlist lagu pun sudah tak lagi mengobati, Tiba-tiba mentari terbenam.
Menunggu kotak raksasa di jalurnya, langit sudah malam. Tiba-tiba sudah kembali di kasur kesayangan.
Dan pagi, lagi.
Pukul 06:00 yang berkoar bukanlah sonar, tetapi lebih pada kelakar di dalam perut, menahan lapar hingga matahari tinggi, atau mengisi perut dan bernegosiasi dengan waktu. Tiba-tiba perut sudah terisi.
Himpit duduk dan sesak, megitari lapangan dimana burung angkasa itu mendarat dengan aduhai, semilir angin bertaut-taut meniup rambut yang tersisir rapi. Tiba-tiba macet tak henti.
Bus melaju di jalur, dinginnya kotak raksasa itu menambah kantuk yang berdurasi setengah jam. Tiba-tiba sudah sampai.
Kembali ucapan selamat pagi, dan sapaan terlontar juga menghampiri, ambil minum lalu pergi ke toilet duduk. Tiba-tiba mentari meninggi
Setelah tumpukan kertas, dan langit berganti oranye, playlist lagu pun sudah tak lagi mengobati, Tiba-tiba mentari terbenam.
Menunggu kotak raksasa di jalurnya, langit sudah malam. Tiba-tiba sudah kembali di kasur kesayangan.
Dan pagi, lagi.
Komentar
Posting Komentar