Kala Hujan, Kita Dipertemukan. #1
Hujan mendekatkan, menjauhkan, dan menemukan. |
Sepeda motor itu berhenti di pertigaan pondok indah. Di sebuah warung rokok, ia mengibas-ngibaskan jaketnya. Mulutnya tak berhenti mengucapkan kalimat sumpah serapah. "Bajingan! ujan pagi-pagi bikin semua berantakan!" sambil menyalakan sebatang rokok. Asap mengepul hilang tersapu rintik air. Bau tembakau semerbak ke seluruh warung. Di sudut jalan ada pengamen yang berteduh sambil memeluk gitarnya. Pemuda itu terus merokok menunggu redanya hujan.
---sementara----------
Tak ada yang sedingin ruangan berlantai kayu seperti gereja tua itu. Karpet yang membungkusnya kini lembab. Deretan bangku kecil itu tersusun rapih. di samping jendela ada suara samar-samar yang berkata "Gila macet banget, untung gue udah sampai pas ujan baru turun, kalau enggak yang ada gue kebasahan," di bawah AC suara itu terdengar seperti selimut yang membungkus hangat. Kontras dengan cuaca Jakarta dan ruangan dingin saat itu. Ia tersadar dari tidurnya memastikan ke jendela yang ternyata memang hujan. Maklumlah, terlalu pagi ia tiba sampai tak sadar kini langit sudah basah.
Dicarinya sumber suara yang membuatnya terjaga sejenak, mata tajam itu sibuk meneliti sekeliling ruangan, seperti moncong meriam yang siap membidik targetnya. Alis dikernyitkan, bayangan buram berubah pelan menjadi jelas. Ada sesuatu menghangatkan di dalam ruangan super dingin itu, di samping jendela itu, ada sosok yang seperti medan magnet yang menariknya untuk menatap lebih lama.
Tapi sayang, efek kantuk luar biasa akibat begadang menonton film semalaman membuatnya melanjutkan tidur. Dengan lambat ia menutup mata, membiarkan sumber suara yang indah dengan vokal tebal khas yang mampu membuatnya kembali tenggelam ke nirwana para dewa.
(~~~~~Asleep by The Smiths~~~~)
Komentar
Posting Komentar