Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Tugas KSP. dosen: Dwi Ajeng Windarini, S.sos, M.Si

NAMA : ULFA KARINA KELAS : B NIM : 2011-41-142 FAKULTAS : ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) 1. TEORI DISONANSI KOGNITIF (FESTINGER) Teori Disonansi beranggapan, bahwa dua elemen pengetahuan “merupakan hubungan yang disonan (tidak harmonis) apabila, dengan mempertimbangkan dua elemen itu sendiri, pengamatan satu elemen akan mengikuti elemen satunya” (Festinger, 1957.hlm13). Seperti pada teori konsistensi lainnya, teori ini berpendapat : “karena secara psikologis tidak nyaman, maka akan memotivasi seseorang untuk berusaha mengurangi disonansi dan mencapai harmoni/keselarasan” dan “selain upaya itu orang juga akan secara aktif menolak situasi-situasu dan informasi yang akan meningkatkan disonansi” ·          (disonansi adalah : kondisi di dalam proses komunikasi yang tidak menyenangkan secara psikologis) Didalam teori disonansi kognitif ini ada elemen yang dipermasalahkan , dan elemen yang dipermasalahkan di teori ini adalah: 1.        Persep

rasa tidak puas itu..........

rasa tidak puas itu sebenarnya simpel, sama seperti kita mengharap kalau rainbow cake itu lebih murah tapi tidak dengan cream putih blenyek nya.. maksudnya, yang kualitas bagus, tetapi mursidah alias murah sekali dah :p rasa tidak puas itu sebenarnya simpel, sama seperti kita megingikan durasi lagu Frank Sinatra bisa lebih dari sekedar angka 02:28.  tidak-kah syair dari Fly Me to The Moon terlalu indah dan sangat imajinatif? tentu itu sebagai salah satu ciri rasa ketidak puasan yang melebihi kapasitas berpikir kita sendiri, sebagai manusia ya. tapi kalau alien entahlah.. *celingak-celinguk* rasa tidak puas itu sebenarnya simpel, sama seperti ketika ingin menaiki bus kota yang murah namun ber-AC tidak banyak pengamen atau penodong secara paksa berbekal silet dan di sayat lah semua anggota tubuhnya. rasa tidak puas itu sebenarnya simpel, sama seperti kita mengharapkan pemakluman dari orang lain yang bahkan enggan untuk meminta maaf atas kesalahan diri nya sendiri. hah, sudahlah r

pisang dan kopi. ini dia kasus selanjutnya.

dengan mudah menemukan kata-kata untuk mendeskripsikan nya,ini itu seperti bawang merah kegosongan, atau bawang putih yang lebih menyengat daripada biasa nya...aaaaah.... ketek kuda! ternyata gue lengah ini bukan kasus sebenarnya, lebih...lebih..ternyata tidak semudah itu. untung masih dangkal. coba akalau udah kecemplung agak dalem? kan berabe bisa desperate ke yang ketiga kali nya ini hidup. di antara ribuan cangkir kopi dan ribuan pisang goreng,ternyata bakat alamiah gue sebagai detektif memang tidak ada dua nya. woah! aspal lembek. seketika menohok itu rasanya sebel minta ampun, sesebel pada saat gue tahu kompas tv ilang. tapi.........cukup. sudah selesai mengeluh nya, dan sekarang tinggal bagaimana kita mengatur strategi untuk menemukan jalan keluar dan menetapkan motif di balik ini semua (wey? emang ini pembunuhan mutilasi apa?) i'm not that such a fool like that....am i? iye-iye ngaku kok gue emang gampang 'tatipu' "tatipu lagi awak ji..." heleuh lie

Ber,syukur?

minggu pagi, masih terlalu dini untuk mengeluh.....well, kebanyakan manusia memang merasa tidak pernah puas, dan akan selalu merasa kurang dan itu memang manusiawi. tetapi apakah masih manusiawi apabila sampai mengeluh setiap hari? bukan nya bermaksud untuk sok paling suci, walaupun diri sendiri masih suka sering mencaci aras kekurangan diri, tapi apa salah nya mencoba untuk menikmati setiap pagi, mensyukuri semua hal dari terkecil hingga memang patut untuk di syukuri. orang-orang bilang, hidup terlalu singkat untuk memaki...dan sementara lain nya berpendapat hidup terlalu cepat untuk berpuas diri. dilema? memang, mungkin itulah yang coba di sampaikan hidup kepada kita. dimana lain nya sibuk terus meminta tanpa memikirkan usaha yang sepantas nya namun paling depan memprotes apabila 'kurang jatah' tidak kah membiarkan diri bahagia walaupun 5 menit saja ? entah, baik rasa bersyukur yang terus terkikis dengan perasaan ingin selalu lebih dari yang lain bisa membuat diri kita me

karena pending, inilah judulnya... 08:18pm

karena janji adalah hutang... dan hutang harus di bayar...tak terhitung lagi seberapa panjang bon tagihan janji milikku. akan kulunasi satu-persatu, mulai dari sini.... setiap pagi kau mungkin akan melewati rute yang sama, bertemu dengan orang-orang yang tak pernah kau duga, tidak pernah terselip atau bahkan bermain nakal di pikiranmu. tidak pernah terbesit, sedikitpun...hingga muncul pertanyaan.. 'mengapa bisa?' bagaikan semak liar, semua tumbuh sesuka nya..menembus batas, meretas jalan..meruntuhkan tembok..menggeragoti pagar. helaan nafas panjang tidak pernah bisa menggambarkan betapa sebuah rekayasa pertemuan yang sudah digariskan, nyaris sempurna...hampir saja lupa daratan. untuk memikirkan namamu sedetik saja itu tidak pernah mungkin, apalagi bertukar isi pikiran yang notabene berbeda lebih dari 360 derajat. belum, ini belum tahap mencapai kegilaan. masih banyak yang ingin disimpan jagad raya. berkesan? hampir saja. masih terlalu cepat untuk mengatakan semua de

semesta.......dan caranya.

semesta pernah bertanya, seperti apakah bayangan yang akan melengkapi refleksi diriku, namun aku tetap tidak bisa menjawab. itu sudut pandang diriku. semesta pernah bertanya, siapakah yang akan menyentuh titik terlemah dan menaklukan diriku, aku tetap tidak bisa memberikan jawaban, semesta mengerti. hingga tak tahu kapan, semua berubah, di saat semeseta mencoba membuka semua kunci nya, mencoba memberikan petunjuk jalan keluar dari labirin kebingungan...semesta malah melemparkan ku ke zona paling nyaman, tak cukup begitu, hanya dengan sedikit sentuhan, bak jiwa dan raga ini ingin menangis seutuhnya, perlu waktu lama untuk melakukan nya, dan menyadari nya...hingga ada perasaan yang tak pernah bisa semesta berikan secara lengkap, mulai khawatirkah? atau takut kehilangan? tidak secepat itu, namun tidak juga terlalu lama...porsi nya pas, semesta begitu menginginkan diriku menerka semua, dari setiap tanda yang di berikan nya, aku hanya diminta untuk peka, melupakan kenangan lama, membiar