Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Kenali dirimu, sudahkah?

Selain nama panjang dan hari ulang tahunmu, apalagi yang kau ketahui tentang dirimu sendiri? selain film-film yang membuatmu tersedu-sedu, dan buku-buku yang membuatmu menggila, apalagi yang kau pahami tentang dirimu sendiri? Bagaimana bisa kau dengan mudah mendeskripsikan seseorang berlembar-lembar di halaman buku harianmu, sedangkan untuk mengingat hal yang membuatmu bahagia saja kau tak sanggup, lantas bagaimana pula kau dengan lantang membaca kekurangan orang? Apa kau terlalu sibuk? sampai lupa siapa kau sebenarnya? siapa gadis yang senang menikmati perjalanan dengan berpindah-pindah angkutan kota? atau ingatkah kau adalah bujang yang dengan lelahnya menatap jalanan di sore hari menunggu tumpangan untuk pulang? Setiap orang dengan mudah mengingat detail tentang orang lain, tapi kenapa tak mencoba menghargai setiap jengkal jemari-jemari sendiri? Ingatkah kau, kapan terakhir kali, kau membiarkan dirimu bahagia,dengan tidak membandingkan rasa kecewa karena orang lain? Kapan tera

Kisahnya: Waktu

Aku ingin menuliskan kisah tentang dia yang membuat semua orang rela membayar dengan harta terbanyak dan tanpa canggung akan berdiri di garda depan, jikala ia benar-benar diperjual belikan. Aku ingin menuliskan kisah tentang dia yang membuat kita ragu, dan terlalu lama berpikir, sehingga kehilangan akal sehat dan ikhlas lahir batin untuk mengambilnya kembali.. "Tunggu sebentar!" tatkala kalimat itu menggema, dia seakan raja dari poros kehidupan. Aku ingin menggambarkan dia, yang dengan mudahnya disepelekan dan diulur-ulur, seakan putarannya tak bertepi dan tak bertuan, padahal tanpa sadar ia memperingatkan kita bahwa ruang gerak kita semakin sempit. "Luangkanlah, barang sejenak..." Aku ingin menceritakan dia yang begitu agung, sehingga semuanya mau dengan lantang menyuarakan isi kepala yang selama ini terpendam. seperti bom.... tik, tok.. Aku ingin menceritakan, tentang dia yang menjadikan kenangan-kenangan perlahan menjadi nyata dan bangkit dari bayang-baya

Hanya Untuk. (Hampir Titik)

Untuk semua malam yang kita habiskan dengan terjaga, diiringi dengan rasa kantuk yang luar biasa memaksa kita untuk tetap membuka logika menyelesaikan paragraf demi paragraf pelengkap cerita... Untuk semua lagu yang kita nyanyikan, hingga terpaksa membuat kita mendengarkan suara asing... Aku hanya berharap pagi datang terlambat... Untuk semua lampu jalanan dan angin malam yang kita rasakan, juga belasan piring hidangan yang Kau biarkan dingin di sela-sela asap rokok mu. Aku berdoa malam lebih panjang... Hanya untuk mendengarkan, mendegarkan apa yang tak pernah bisa kita ucapkan di kala siang, dan ribuan mata memandang kita yang dengan sengaja membuat semesta bertanya-tanya kepada kita.. Hanya untuk melihat...melihat apa yang tak pernah tampak, ketika kita berada di tengah keramaian dan tanpa sadar yang kurindukan adalah pulang ke rumah bersamamu.. Hanya untuk tertawa, tertawa akan semua derita, dan sakit hati juga luka-luka yang kita rasa.. yang akan pura-pura sembuh hingga pukul

Jelita dan Gemerlap Malam

Selepas sore itu Jelita terus memikirkan perkataan sahabatnya "masa iya, lo bener-bener pensiun?" Namun sekuat hati Jelita mencoba menampik segala ajakan dan rayuan sahabatnya..... ----------- Teringat 4 tahun silam, ketika akhir pekan tiba biasanya jumat malam adalah hari yang ditunggu Jelita. Sejak sore dirinya gelisah, antara skenario apa yang akan dibuat juga pakaian apa yang dikenakan. Jam menunjukkan pukul 17:00 pesan teks dikirim. Jelita muda masuk kamar dan mengambil tas hijaunya, ketika pintu diketuk. "Kamu, emang nginep berapa lama di rumah Adis?" "Gak lama kok Ma, minggu udah pulang kok. Projekan kampus nih, Jelita juga gamau lama-lama ninggalin Mama kok di rumah." Ciuman hangat mendarat di pipi wanita berusia 40an itu. "Yowes, Mama mau siap-siap maghriban dulu" pintu kamar ditutup, Jelita kembali sendiri. Dimasukkannya gaun hitam selutut dengan potongan backless beraksen brukat pada lengannya. Gaun yang sengaja disimpan secara rah