Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Mata

Gambar
ilustrasi : pixabay "Dan ketika keduanya bertemu tatap, maka sekeliling semesta ikut menghujaninya dengan restu dan doa agar mereka selalu bersama...." Ada mata yang tak akan pernah habis kau pandangi, dimana retinanya seakan berisi surga dan segarnya air kelapa pelepas dahaga. Ada mata yang tak akan lelah kau sambangi, dimana bukan lagi pelangi yang terlihat tetapi refleksi mimpi-mimpi peneduh hati. Ada mata yang tak pernah kau lewatkan sendunya, ketika jendela luka terukir jelas di depannya, dan tak sanggup kau emban yang kau lakukan hanyalah ingin menyelam kedalamnya, membasuh seluruh lara. Ada mata yang akan selalu kau rindukan karena sinkronisasi senyuman yang tanpa sadar kau sunggingkan, hanya karena tatapannya begitu manja tapi tak berusaha menggoda. Akan ada mata yang kau saksikan setiap harinya, kemana hati dan pikirannya selama ini menjelajah, dan kau tetap penasaran bagaimana sukmanya melanglang buana selama ini. Ada mata yang selalu meneduhkan hari-ha

Prioritas

Gambar
ilustrasi : pixabay Mungkin, selama ini bukan lingkungan yang berubah, bisa saja Kamu. Mengapa begitu? sebenarnya, bukan masalah sempat atau tidak sempat, butuh atau tidak, rindu atau enggan bertemu. Namun, semua soal prioritas. Jika kita melihat setahun atau dua tahun ke belakang, dan mulai membandingkan dengan kondisi yang ada sekarang, yang berubah bukanlah lingkungan. Bisa saja dirimu sendiri. Hari ini prioritasmu adalah berkumpul dengan keluarga, menghabiskan waktu di ruang tengah, dan sibuk merencanakan liburan akhir pekan. Tapi, bisa saja kamu absen dari perkumpulan itu dan memilih untuk menjenguk teman yang sakit, atau pergi jalan-jalan dengan kekasihmu. kembali lagi semua soal prioritas. Kalau saja, setiap orang bisa berpikir "Oh ya mungkin dia punya urusan yang lebih penting" tak akan ada yang namanya rasa 'dipilih kasih-kan' karena semua orang memiliki prioritasnya masing-masing. Memang benar, bentuk hadiah termahal yang paling bisa diberikan adal

Senja dan Kehilangan

Senja telah melihat banyak kehilangan dalam hidupnya. Mulai dari hal sepele seperti kehilangan karet penghapus dari dalam tempat pensilnya, hingga ia melihat kehilangan yang membuat isi kepalanya hilang, mengawang. Hidup mengajarkan dirinya bahwa satu hal yang pasti adalah perubahan dan kematian, sedangkan yang abu-abu hanyalah ekspetasi-ekspetasi lintas imaji. Senja masih mencoba untuk tetap waras, di antara cepatnya jarum panjang juga sibuknya para langkah kaki yang lalu-lalang tiap harinya. Kehilangan banyak mengajarkan. Dari kedua matanya yang coklat tertempa sinar mentari, Senja menyaksikan bagaimana seseorang kehilangan belahan jiwanya. Seakan air mata tak mampu membayar kekosongan batin, dan melunasi janji-janji ragawi. Dari kedua matanya yang coklat, Senja menyaksikan bagaimana seseorang kehilangan kepercayaannya terhadap penglihatannya sendiri. Seakan, sejuta kata maaf tak mampu menebus dinding yang terlanjur beku. Senja tak sibuk menghakimi, hanya sibuk mempelajari bag

Hari itu, dan Hari Ini.

Hari itu, Aku melihat Ibumu sedang berjalan di depan sebuah mimbar, mengambil sebuah catatan kecil dengan kepala yang terhubung dengan headphone, ya...Ibumu tampak sangat manis dengan kaus putih bertuliskan band favoritnya, The Phoenix. Hari itu Aku melihat ibumu, sedang mengenggam es krim dan melahapnya dengan lucu, ya.. Ibumu memang tergila-gila dengan susu dingin bercampur gelatin itu, sungguh. Ia sangat lucu. Hari itu, aku melihat ibumu, sedang duduk di bawah pohon kapuk randu, saat kapuknya mulai berterbangan.. Aku rasa ibumu sedang menganggap hujan salju.. Hari itu, tak sengaja ibumu menabrakku lalu mengucap maaf dan pergi terburu-buru sepertinya mukanya gelisah, matanya tak lepas dari telepon genggamnya. Belakangan, Aku tau saat itu Kakekmu sedang masuk rumah sakit.. Hari itu, aku melihat ibumu sedang berdiri di deretan rak buku, alisnya berkerut. Sungguh perpaduan gemas dan serius yang sekarang terlukis jelas di wajahmu nak, dan hari itu pula Aku memberanikan

Pulang

Aku hanya ingin pulang ke rumah.... Dimana hujan membahasi atap saat sore hari dengan alunan lagu Across The Universe dari The Beatles, yang sayup-sayup menenangkan kaki yang lelah dan dibalik dinginnya selimut. Tanpa lengan yang menyambut, hanya biasan cahaya menuju gelap indah menyelimuti bingkai jendela. Aku hanya ingin pulang ke rumah..., Saat mata sudah lelah melihat pedagang getuk keliling yang tak kunjung ramai, pulang dan merekam setiap ingatan tentang jalanan dimana hanya ada bunyi sol sepatu keras yang menyatu dengan kasarnya aspal, sekasar omongan para manusia berkerah itu. Aku hanya ingin pulang ke rumah.. Aku hanya ingin pulang ke rumah... Menelusuri jalan berkelok ditempa angin malam juga lampu-lampu lalu lintas yang berinringan berganti, Aku merasa terasing diantara segerombolan dasi juga jas...biarkan aku pulang ke rumah dimana Happines is The Warm Gun dari The Beatles mengiringi air pancuran yang membasahi badanku perlahan ketika mandi... Aku hanya ingi