Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Cerita Benci

Bagaimana nafsu bisa mengalahkan semuanya? bukannya sok suci, tapi banyak sekali pertanyaan yang menghimpit. Hampir tak waras mungkin, tak bermaksud untuk menggurui, berdiri di mimbar saja rasanya tak sudi. Apa gunanya lebih unggul jika tak dari hati? ingin menjadi pahlawan? atau menjadi bungkusan rokok di pinggir trotoar? Benci selalu dijadikan alasan, padahal diri sendiri terlalu gengsi untuk mengkoreksi. Menghujat memang jauh lebih nikmat daripada berbenah diri, sekalipun berusaha jujur, Katak yang pandai berenang pun pasti pernah tenggelam. Kenapa masih sulit berdamai dengan kepala sendiri?  Amarah rasa-rasanya sudah tak lagi menjadi sesuatu yang wah. Iri sepertinya bukan satu kata yang pas di hati, lebih ke hilang arah dan tak bergairah sepertinya. Kemana sukma-sukma berwarna yang duru hinggap di ujung hidungnya? kini yang ada hanya muram, sedikit saja tak diperhatikan, mungkin akan hilang ke dimensi lain. Berantakan...berubah menjadi puing-puing harapan dan janji palsu! Kena

Dialog Taman

Gambar
Ini adalah malam yang kita nantikan, dimana taburan bintang juga senyum sang rembulan. Di bawah lampu-lampu jalanan, di bangku taman kita melepaskan penat sejenak tentang segala sesuatu dengan waktu tenggat. Mengingat-ingat kembali pertama kita saling memuja. Aduhai senangnya melihat senyuman yang masih sama, walau garis-garis menua di wajah membentuk rahang semakin menjadi tegas dan sempurna. Aura kedewasaan terpantul dari sinar malam dan dinginnya angin bekas hujan tadi sore. terawallpaper.net Ini adalah hari yang kita idamkan, bercerita dengan segelas bajigur hangat di tangan sambil makan kacang, kita buka lagi lembaran mimpi yang dulu sempat terpatri. Kini kau sudah berdasi namun tetap tak hilang sikap teduhmu. Pembicaraan kita bukan lagi soal tata surya, melainkan sudah sampai ke tahap galaksi-galaksi lain. Dulu kita saring berebut siapa yang akan tinggal di Orion, dan kau akan selalu marah jika harus diusir jauh ke Gargantua, bahkan kita masih berpura-pura sebagai Demig

Dan Kita Sebenarnya Memilih Jalan yang Sama

Ternyata Kita menunggu di ujung jalan yang sama, hanya saja kita berselisih waktu 5 senja. Pertanyaan-pertanyaan kacangan mulai berterbangan di dalam pikiran “Kenapa baru sekarang sih? Kenapa gak dari dulu aja?,” Ribuan surat pun kita tulis tanpa saling bersinggungan. Tanpa saling mencela atau bahkan menghamba satu sama lain, tetapi alamat yang kita tuju selama ini sama. Lagi-lagi ingin menyalahkan waktu yang datang terlambat? Ketika barisan kata-kata mampu menghipnotis jiwa, ingin rasanya menampik pikiran tentang “Gue tahu loe itu something, but someday.. ” Bagaimana bisa jatuh cinta tanpa melihat rupa? Jelas saja, ini bukan kencan buta. Tetapi permainan dimensi antara ruang dan waktu dimana gravitasi yang menghubunginya. Para dewa pun terus membicarakan tentang dua manusia fana yang saling mencari tanpa bisa bertanya. Olympus pun mentertawakan dari jauh, membiarkannya anak cucu adam dan hawa ini saling menebak-nebak dalam labirin kasmaran. Inilah mungkin yang disebut d

Jiwa-jiwa yang Rusak

Jika setiap tubuh harus terisi jiwa dan terdiri dari kepingan-kepingan angan juga mimpi, wajar jika terkadang salah satu partikel itu menghilang jauh mengawang. Ketika senja terasa begitu menyakitkan menebarkan benih-benih penyesalan kemudian hilang tenggelam di gelapnya malam. Beberapa orang berperan sebagai penyembuh, atas luka lama tetapi juga berpotensi sebagai penoreh luka baru. Yang hilang akan digantikan oleh yang datang, tetapi ingatan tak lekang dimakan oleh jaman. Otak bersinergi dengan bagian terkecil dari sanubari, bagaimana bisa sebuah kalimat menghujam hati dengan darah yang pekat? Kehilangan adalah proses menerima beberapa realita yang berubah menjadi kenangan, maka tak ada mati. Apa yang paling menyakitkan dari tumbuh dewasa, selain melihat seluruh keadaan tambah menua? yaitu ketika kita mulai mengerti semuanya. Permasalahan sederhana seperti pensil tumpul sudah tak berlaku  lagi. Yang ada hanyalah rangkaian pertanyaan 'ingin jadi apa aku ke depan?" Hidup

Pengamatan #3

"Apa yang membuat kau begitu pintar? sepertinya kau adalah salah satu ensiklopedia yang hilang dari perpustakaan ilmu pengetahuan," Darus memuja tanpa henti wanita yang sedang menghabiskan susu coklat dinginnya. Tetapi Inggrid tak menjawab, wanita itu hanya tersenyum sambil mengaduk-aduk minumannya. Bandung lebih dingin sore itu, wangi bekas hujan yang menyentuh aspal menambah kesan menenangkan, sejenak Inggrid berfantasi tentang dedaunan gugur melemparkan memori-memorinya di London dua tahun yang lalu. "Kau tak menjawab pertanyaanku, Nggrid," Rupanya Darus masih saja penasaran. Tapi, Inggrid masih saja bernostalgia sambil melihat para pengojek payung membelah jalanan. Pelan-pelan Ia mendengar suara kereta bawah tanah di stasiun Westminster, lalu lalang kaki para pekerja bergerak serentak seperti penjaga istana Buckingham, lalu percakapan hangat itu mulai membingkai dikepalanya. "Kalau kau tak merasa dirimu pintar, maka pura-puralah. Bukan berpura-pura pi

Cinta Daku Aksara

Duhai oh duhai, jikalau ada sesuatu yang ingin kau persembahkan apalah itu wahai anak muda? Suara penguasa langit bergema-gema ke penjuru kepala dan juga logika. oh yang kuasa, maha mengetahui segalanya, apalah hanya dua tangan dua kaki yang hamba punya saja, tetapi melainkan ingin ku rengkuh seisi dunia beserta kroninya dengan aksara ya penguasa Duhai oh duhai, kemana kah kan kau pegi menghabiskan waktu jikalau besok adalah akhir dunia? oh yang kuasa, maha memiliki semuanya jikalau tak lagi ada kesempatan untuk menikmati lagi dunia fana, maka izinkanlah aku mati terhimpit bait-bait pesakitan dan juga pujian. dengan kalimat aku bahagia juga terluka. Duhai oh duhai, jika saja ada lagi kesempatan untuk mengulang satu impian apalah yang kan kau minta? oh yang kuasa dari seluruh rupa, apabila mungkin kan ku petik seluruh huruf dan ku beli lembaran baru tiap harinya, tapi jemari ini tak lah sempurna,, biarlah ia mengetik dan mengukir sebuah cerita, untuk warisan kelak nantinya.

Pemikiran Terbalik

Gambar
Banyak orang bilang. "Kamu adalah musik yang selalu kamu dengarkan, buku yang kamu baca, film yang kamu tonton dan makanan yang kamu makan," kalimat macam gitu sudah seringkali kita dengar. Dari di sampul notes, di situs-situs jejaring sosial mungkin sampai ke pajangan untuk dekorasi rumah. Kita terbentuk dari apa yang kita pilih dan yang tak kita pilih Tetapi, pernahkah Kalian berpikir bahwa kita juga termasuk dari apa yang tak kita pilih? Bingung ya maksudnya? oke begini analoginya : Ketika kita berada di restoran lalu kita dihadapkan dengan dua menu makanan, kebetulan restorannya menyajikan masakan Itali. Di depan Kita ada pilihan Spaghetti Bolognaise dengan saus pedas, dan Fettucini dengan saus jamur. Saat itu, Perut kita sedang mengalami masalah pencernaan. Tak ingin ambil resiko, maka dipilihlah Fettucini dengan saus jamur agar makan kenyang lambung pun tenang. Analogi selanjutnya : ketika Kita berada di sebuah toko buku, kita dihadapkan dengan pilihan buku

Jarak #2

Ada yang paling dekat tetapi terlihat sangat jauh Untuk bayangan-bayangan yang mengintip dari balik jendela Meneliti dan membesit sedikit tanya di kepala Apa yang membuat jarak begitu menyiksa? Ada yang paling dekat tetapi terlihat sangat jauh Seperti serpihan-serpihan dedaunan kering yang berserakan Terbang tanpa beban melayang-layang di pikiran Mengapa bisa nurani berdusta? Ada yang paling dekat tetapi terlihat sangat jauh Beling-beling kaca yang bercahaya dibawah sinar matahari Menusuk-nusuk kecil di kerongkongan Betapa susahnya beraksara kala duka melanda Ada yang paling dekat tetapi terlihat sangat jauh Denyut nadi yang berlomba-lomba Berdetak sabar penuh penantian Kenapa kematian begitu menyakitkan?