Jiwa-jiwa yang Rusak

Jika setiap tubuh harus terisi jiwa dan terdiri dari kepingan-kepingan angan juga mimpi, wajar jika terkadang salah satu partikel itu menghilang jauh mengawang. Ketika senja terasa begitu menyakitkan menebarkan benih-benih penyesalan kemudian hilang tenggelam di gelapnya malam.

Beberapa orang berperan sebagai penyembuh, atas luka lama tetapi juga berpotensi sebagai penoreh luka baru. Yang hilang akan digantikan oleh yang datang, tetapi ingatan tak lekang dimakan oleh jaman. Otak bersinergi dengan bagian terkecil dari sanubari, bagaimana bisa sebuah kalimat menghujam hati dengan darah yang pekat?

Kehilangan adalah proses menerima beberapa realita yang berubah menjadi kenangan, maka tak ada mati. Apa yang paling menyakitkan dari tumbuh dewasa, selain melihat seluruh keadaan tambah menua? yaitu ketika kita mulai mengerti semuanya. Permasalahan sederhana seperti pensil tumpul sudah tak berlaku  lagi. Yang ada hanyalah rangkaian pertanyaan 'ingin jadi apa aku ke depan?"

Hidup adalah tentang perubahan dan juga menjaga keseimbangan, walau kadang mati-matian kita menghamba kepada sesuatu untuk tetap apa adanya. tapi apa daya? toh pepohonan akan selalu tumbuh, dan angin akan selalu berhembus. Kemana jiwa-jiwa rusak itu telah pergi?

Kutipan-kutipan dibaca dari berbagai sumber, berharap sebagai penyemangat peluh-peluh kesah yang semakin penat. Hingga pulang ke sekumpulan manusia yang disebut keluarga begitu memanjakan mata. Apa rasanya tinggal sebatangkara?

Berlian tak ditemukan begitu saja muncul dari perut bumi, sesuatu yang indah tak akan tampak tanpa perjuangan yang nyata. Satu-satunya hal yang membuat bertahan adalah apa yang telah kita pijakan. Biarlah jiwa-jiwa rusak itu menjadi abu atau debu, setidaknya mereka pernah mengisi volume tiap ruang kosong yang ada di tiap-tiap bingkai kehidupan. Begitu saja...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8