Bukan Puisi

Belakangan ini, jemari mulai geli.
Seluruh isi hati dan jiwa mulai menggeliat ke penghujung diksi-diksi.

Bagaimana bisa dikatakan romantis melalui bunga? Jika kata-kata mampu melambungkan sukma.

Bagaimana pula diasingkan hanya karena tulisan?
Kocar-kacir para petinggi dibuat kaku oleh permainan diksi.

Mereka yang terbuang, hanya karena logikanya menerawang, tercetak di atas kertas usang.
Dipinggirkan, hingga dihilangkan.
hanya karena sebuah perumpamaan.

Umpatan, cibiran juga ungkapan kerinduan bisa lebih berbahaya daripada senjata yang menghujam.

Menyebar, masuk dan menginfeksi ruang-ruang kepala yang muda.

Aksara, dan lara. Atau hanya barisan kata-kata.

Salam rindu dan keheranan, untuk mereka yang hilang tenggelam dalam bait-bait rasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8