Jakarta dan Tanda Koma

Rabu, 19 April 2017.

Hari yang panjang untuk sebuah ibu kota bernama Jakarta.
Setelah berbulan-bulan bergelut dan menimbang siapa pemimpin untuk Jakarta, akhirnya kemarin pilkada itu selesai juga, setelah harus terjadi dua putaran.

Berasal bukan dari Jakarta, tapi menghabiskan waktu hampir setengah hidupnya di ibu kota, dari pendidikan sampai nyari sesendok makan.

Jakarta tua, berganti-ganti rupa. Ya..masalah macet, banjir ikonik sekali sama kota yang kini sedang berbenah agar lebih enak ditempati warganya.

Tapi, ada yang unik kali ini dalam mencari sang pemimpin Jakarta.
Basuki Tjahaja Purnama namanya, sosok yang satu ini begitu menarik perhatian. Entah kepemimpinannya, atau kebijakan2 dan juga gaya komunikasinya.

Tak sedikit yang kaget, tak sedikit pula yang akhirnya jadi mengaguminya. Diluar intrik-intrik politik, Beliau berjibaku mencari cara untuk membuat Jakarta ayu dan sentosa.

Setidaknya, sekarang soal administrasi jadi lebih efektif dan tak lagi penggal banyak waktu. Begitu pula ketika hujan turun..walau banjir kini tak lagi datang bak monster air yang siap mengkuyupkan dan lumpuhkan kota. Masalah macet? Wajar. Jakarta memang kota dengan sejuta pesona, ribuan bahkan jutaan kendaraan dari berbagai penjuru, menyibukkan sang DKI dari siang hingga malam.

Sedikit banyak perubahan mulai terasa. Terlepas dari permasalahan isu dan sara yang mengkungkung ibu kota belakangan ini, sebagai orang yang melangkahkan kakinya tiap pagi di Jakarta. Pak Basuki cukup menarik hati.

Jakarta sedang berbenah, semoga tiang-tiang pancang dan juga urukan pembangunan underpass di tiap jalan tetap berjalan hingga selesai, walaupun sudah berganti pilot.

Jakarta masih dengan sabar, menunggu orang-orang yang peduli terhadapnya, terhadap warganya, terhadap warga di sekitar daerahnya di luar Jakarta.

Terima kasih untuk Gubernur yang telah dengan baik hati meluangkan waktunya untuk repot-repot benahi ibu kota.

Kejadian kemarin, ketika dengan mata kepala saya sendiri melihat Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot memasuki ruangan untuk jumpa pers, sesaat setelah hasil hitung cepat keluar. Membawa memori ke beberapa waktu silam saat saya berkesempatan berada di suatu waktu untuk hadir ketika interview dengan beliau.
============

"Bagaimana kalau di pilkada nanti bapak tak terpilih lagi?"

"Ya, berarti kontrak kerja saya selesai. Saya cuma kerja kok. Jadi orang ya nothing to lose aja. Yang penting bisa bermanfaat untuk orang lain."
=============

Terima kasih pak Ahok dan pak Djarot. Walau saya bukan warga anda. Tapi saya kagum dengan hal yang sudah kalian lakukan untuk Ibu Kota.
Selamat menikmati waktu bersama keluarga, sampai jumpa di lain waktu.

Selamat pula kepada Gubernur terpilih Jakarta. Kami para warga yang bukan tinggal di Jakarta tapi kadung cinta dan nyemplung di Ibu Kota, menuggu Batavia jadi lebih baik lagi.

Selamat Hari Kamis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8