Dingin

Dingin malam yang menusuk langsung ke tulang, rasanya...
Bukankah seharusnya detik-detik ini jadi bahagia?
Tapi, kok ya menyiksa ya?
Apa semesta belum sepenuhnya rela?
Bagaikan pinggiran aspal...
Tajam, dan tak rata.
Seperti tak ada harganya.
Sesak,
Serasa semua akan jadi sia-sia..

Masih bisakah nalar ini berkelana? Dikala yang tercinta hanya bisa memaki belaka.
Aku berdua, tapi rasa bak tunggal saja.

Mungkin ini pertanda, Aku yang tak bisa apa-apa...akan terus menerima hina.

Walau sekuat tenaga ku kan berusaha menjadi yang bisa menerima.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8