Wawasan

RedEye
Bohong, jika memang tidak sedih. Masih teringat bagaimana lautan manusia yang mengelilingi
bangku merah, hampir berantakan namun masih bisa tertata rapi. Senin sore yang begitu gelap rasanya, cahaya lampu hampir maghrib, muka-muka asing. Hari itu adalah pelajaran pertama dimulai.

Entah kapan..hingga kaki, juga peluh keringat terus tetes bercucuran, mengangkat, menggulung,
memperhatikan, mencatat hingga menunggu sampai mata terpejam pelan-pelan.


Pagi-pagi buta, dari loading dock hotel mewah, gemerlap aula mall, ruang kerja yang nyaman, landasan udara yang luas dan panas, Istana Negara yang megah, hingga terowongan bawah tanah.
Pagi yang melelahkan, disambut dengan sore yang membuat nafas tercekat.

Mata yang hampir juling, menatap satu per satu bagian, yang tak boleh terlewatkan, dari bahasan soal lingkungan, kebijakan pemerintahan, hingga prestasi sebuah sepeda kayu, bahkan siapa pula
yang menyangka bahwa kedalaman laut Indonesia memiliki potensi yang mungkin jika kita bisa olah
sendiri, negeri ini akan kaya hingga turunan ketujuhnya.

Segala teknis, dari mulai memperhatikan detik demi detik sampai hal yang dirasa cukup administratif, mulai pejabat negara, hingga supir mini bus. Kau harus terus berikan senyuman
terbaik tiap harinya.

Mengantuk karena tak paham, Semangat karena ringan, hingga terharu. Berbagai wawasan yang dirasa masih kurang selama ini. Sempat dipandang sebelah mata, karena terlihat santai-santai ria, padahal
tak jarang tidur tidak nyenyak, memikirkan Pe-er yang tak kunjung selesai, atau tiba-tiba dapat
panggilan malam hari karena ada yang terlupa dan lagi, lagi kita hanya mencoba untuk memperbaikinya.

Sempat membosankan, hingga ada pada titik paling menyenangkan, dari topik yang terlalu mengawang, hingga inspirasi yang tak lekang dimakan oleh zaman.

Mungkin ini saatnya, karena panggung ini sudah menemukan pijar terbaiknya, bagaimana sebuah dialog-dialog dan cerita dapat dinikmati tak hanya saat lelah setelah bekerja, tapi saat santai
kumpul di hari-hari raya. Karena ilmu adalah sesuatu yang berharga, masih banyak wawasan di belahan- belahan dunia sana yang menunggu untuk ditayangkan di layar kaca.

Salam pamit, dari kami yang selalu sabar memutar kata-kata di balik meja, menunggu dengan sabar,
hingga hadir di depan layar kaca. Untuk wawasan yang lebih luas lagi, untuk pembicaraan yang lebih kaya lagi.


Jangan biarkan samudera pikiran mengering.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8