Zeus dan Hera

Suatu Hari Zeus bertanya kepada Hera, Mengapa tetap setia walau dirinya selalu mendua. Hera tak menjawab, ia hanya membalas pertanyaan Zeus dengan senyuman penuh makna. Banyak yang tak bisa ia ucapkan begitu saja. Menjaga perasaan katanya, walau sebenarnya Hera lah yang lebih pantas mendapatkannya, bukan Zeus.

Olympus dibenakku mungkin berbeda. Memangnya Aku siapa? Setengah Dewa?
Jika Dewa bisa memilih keahliannya, Aku mau menjadi Dewa Kata-kata. Demikian.

Hari itu sehabis hujan, Zeus mungkin berduka, atau sedang berpesta ria dengan selirnya? yang jelas hujan di bumi selalu menimbulkan tanda tanya tanpa solusi, bukan jawaban proses evaporasi. Terlalu ilmiah, kadang bikin otakku yang tak seberapa ini menjadi gerah.

Kalau saja benar bahwa kehidupan itu paralel, Aku akan memilih kembaranku untuk mati saja. Kasihan, pasti menderita kalau dibiarkan berjiwa.

Zeus tak kejam, tak juga lemah. Petir, adalah wujud kegelisahannya, atau bahkan suka citanya. Pindah galaksi sepertinya menarik. Tak usah kau selami terlalu dalam tulisanku yang ini. Nanti kau susah sendri.

Jika berbicara lapisan, aku lebih suka menyebutnya tahapan...Sudah ku bilang sejak awal, hanya orang yang sudah hilang akal yang bisa menanganiku. Mungkin itu juga yang Zeus rasakan ketika Hera dengan setia walau diirinya kerap membuatnya terluka.

Zeus tak memahami Hera, begitu pula Hera yang selalu tak bisa memahami Zeus. Sebab itu mereka bersama, bukannya saling memaki lantas menghakimi kekuranngan dan berpisah. Kalau seperti itu Olympus sudah lama porak poranda. Yang dilakukan Hera dan Zeus adalah memahami ketidakpahaman mereka. Hingga Membuat mereka saling mencinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8