Menjadi IBU (Rumah Tangga VS Bekerja)


publicdomainvectors

Sebelum menikah, selalu senyum-senyum sendiri kalau melihat iklan pewangi lantai, bumbu masak atau iklan sabun cuci piring dan iklan sabun mandi. "Kok, kayaknya gampang ya ngurus rumah dan ngurus keluarga...wah enak banget nih kalau udah nikah masih bisa cakep badannya.."


setelah menikah, memang pantas ya orang-orang kasih ucapan nikah itu "Selamat Menenmpuh Hidup Baru.."  bukannya "Selamat Idul Fitri" ya emang hidupnya bener-bener baru sih, apalagi ditambah punya anak cepet dan langsung. Setelah hamil dan melahirkan, muncul lagi "Hidup Baru:". Lalu galau, lanjut bekerja atau resign.

Terus resign ni, bayangan menjadi Ibu Rumah Tangga masih seperti di paragraf pertama. Ya, gak jauh beda sih...soalnya masih tinggal di rumah mertua dan ada yang bantu urus rumah.

Aah, pindah ah... ternyata, perkara mengurus anak itu memang harus satu visi dan misi ya, baik sama suami dan para kakek-neneknya.

Setelah tinggal mandiri, baru terasa...ternyata jadi Ibu Rumah Tangga itu, tak seindah seperti di Iklan-iklan produk rumah tangga ya.


JENGJEEEENG!!!



Muter otak untuk masak, mencuci baju, membersihkan rumah, mencuci piring kotor, ajak anak main, menyetrika baju, belum lagi urus bapaknya si anak juga. Masak, anak nungguin, Nyuci baju harus secepat kilat, gak jarang piring kotor numpuk udah kaya menara eiffel. Ingin rasanya rebahan, satu jam aja, sambil nonton film.


perasaan dulu pas muda rebahan gampang ehe.

akhirnya, coba menurunkan standar ego. Cuci baju boleh lah dua kali sehari, menyet
rika tiga hari sekali atau seminggu sekali, beberes rumah rutin hanya sebatas sapu dan pel, perkara menyikat kamar mandi boleh seminggu sekali, yang gak boleh ditumpuk pasti adalah cucian piring, bisa lah dirapel pagi-pagi banget atau malem-malem banget. Susah sebenernya, orang kebiasaan hidup teratur dari muda, tapi yaudalah, daripada jadi gak waras lama-lama.

Masak, bingung juga mau masak apa, kadang pilih yang gampang aja menunya, atau kalau lagi males banget ya pesen aja, tapi keseringan pesen, ya dompet boncos juga sih.. ehe, perkara masak aja selalu bingung, belum lagi masalah anak yang susah makan, kalian yang punya anak dengan kondisi mangap aja males, pasti tau rasanya, ketar-ketirnya, keselnya, emosinya nyuapin anak yang gak ada kelarnya, kalau anak kalian nafsu makannya bagus, alhamdulillah...itu berkah.

Jadi Ibu Rumah Tangga juga ternyata harus punya keahlian lain, yaitu kaya gimana benerin sapu patah, kipas oglek, atau yang paling penting kemampuan untuk budek.... iya, untuk budek sama komentar negatif, dari orang-orang yang seperti ini :

1. Rumahnya berantakan banget ya, di rumah ngapain aja?

2. Gak sayang kuliah tingi-tinggi tapi di rumah aja?

3. Males ya, gamau kerja maunya ngabisin uang suami aja, belanja melulu..

4. Kok, gak masak? beli mulu..booros bangett

5. Dandan dong, badan gendut gitu ga merhatiin penampilan


kalau ada yang mau nambahin silakan...



Jadi, Ibu Rumah Tangga juga suka diremehkan, gak bisa cari uang.. gak mau bantuin suami, pergaulannya gak luas, wawasannya juga gak up-to-date. atau bahkan di sindir-sindir. Gak jarang justru yang melakukan itu adalah orang terdekat kita, bahkan yang memiliki ikatan yang disebut masyarakat sebagai "Keluarga Sendiri".


Menjadi Ibu Rumah Tangga, juga katanya harus merelakan mimpinya di masa muda. Padahal ada dari beberapa orang di dunia, yang bermimpi menjadi Ibu Rumah Tangga dengan versi terbaiknya.


kalau ditanya, nyesel gak Resign kerja?

secara jujur gw akan jawab, ya nyesel lah... harus menghabiskan waktu 7x24 Jam mengurusi kehidupan orang lain. Tapi, ternyata kalau gw saat itu masih kerja apa ada jaminan gw gak akan menyesal? tak ada yang bisa menjamin, namanya juga manusia... dinamis.

Kenapa sih, perempuan menikah selalu harus dikategorikan dengan Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga???

Kebanyakan mereka nih mereka yang kelihatannya Open Minded ternyata gak sama sekali pasti selalu mendebatkan permasalahan ini.

Memangnya, jadi Ibu bekerja gak cape?
 ya Capek lah... harus dedikasi ke kantor, ke keluarga, bahkan kadang harus ada yang porsinya kegedean sebelah. rasa bersalahnya juga banyak banget. Ninggalin anak, gak bisa seratus persen ngurus rumah bahkan sampai gak ada intimasi bersama suami, karena udah teler duluan sama kerjaan di kantor.

Semua IBU itu sama.... itu yang harusnya dibanggakan. Dan banyak yang orang lupa soal ini, termasuk kadang diri sendiri.

semua Ibu, adalah mereka yang mendedikasikan waktu, tenaga  dan pikirannya untuk keluarganya. Ibu yang akan selalu khawatir sepanjang hidupnya....

sekali, menjadi Ibu tak ada yang bisa berubah lagi. Sekali perempuan menjadi IBU, itu adalah profesinya seumur hidup.

kenapa terus mempermasalahkan dia itu IBU Rumah Tangga  atau IBU Bekerja?

semua orang punya kondisinya masing-masing, Tiap keputusan selalu ada konsekuensinya.

Ibu bekerja, dia harus rela kehilangan waktunya bersama keluarga
Ibu Rumah Tangga, dia harus rela kehilangan aktualisasi dirinya di masyarakat.


yang, paling sering kita lupa adalah, seorang IBU itu selalu BUTUH DUKUNGAN, dari berbagai pihak, BUKAN mempermasalahkan dia BEKERJA ATAU DI RUMAH saja.


Tentu jelas, Menikah dan Rumah Tangga memiliki rencana yang panjang, finansial, keharmonisan, pendidikan, agama dan kebahagiaan yang harus ada di dalamnya.

Yang harus kita lakukan  sebagai penghuni planet Bumi adalah MEMBERI DUKUNGAN untuk para IBU di luar sana. BUKANNYA Mengkritisi apa keputusannya mereka, bahkan melabeli mereka dengan IBU RUMAH TANGGA atau IBU BEKERJA.

Pernah kah kalian kaum sebelah mata, yang memberikan komentar-komentar tanpa berpikir?


Si IBU yang tadinya senang melakukan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan suami, tiba-tiba merasa kehilangan arah, karena dipatahkan oleh stigma di masyarakat? lalu ia menjadi merasa tidak berharga, berbeda dari yang lain... akhirnya itu semua berdampak pada keluarganya,

atau..

si IBU yang tadinya bekerja dengan semangat, dan juga mengerahkan segala pikiran dan tenaganya untuk bekerja juga mengurus keluarganya. Tiba-tiba ia merasa dihantui oleh perasaan bersalah, seakan dirinya jahat dengan mengabaikan kewajibannya. lalu berdampak pula pada keluarganya.


Bagaimana jika kita ubah Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja menjadi, IBU. Ibu Negara, Ibu Pertiwi, Ibu Kota gitu.... hahahahahaha

Bagaimanapun mereka tetap seorang IBU, tetap seorang ISTRI, tetap menjadi dirinya sendiri yang pernah menjadi seorang anak, pernah menjadi masyarakat, pernah menjadi warga sekitar, sebelum ia menikah menjadi seorang ISTRI dan IBU.


Jangan lah, kalian menambahkan beban dengan komentar atau paksaan.

Karena tak semua orang sesuai dengan standar mu.
Karena tak semua keadaan orang sama dengan keadaan mu.



Untuk para IBU..


Kalian semua hebat,
kalian semua adalah makhluk paling tangguh yang ada di muka bumi
kalian adalah versi terbaik untuk diri kalian sendiri,

tak peduli, IBU RUMAH TANGGA atau IBU BEKERJA, yang paling penting adalah MENJADI VERSI TERBAIK untuk DIRI KALIAN SENDIRI, UNTUK KELUARGA dan untuk orang-orang yang sudah dengan baik mau mendukung dan menghormati keputusannmu.


Tutup kuping saja kepada mereka yang berkomentar negatif tentangmu,
Doakan saja, mungkin mereka sedang tidak bahagia, doakan agar mereka menemukan kebahagiaannya dan akhirnya tidak mengganggu kebahagiaanmu.



Whatever you do, do your best.


Semangat.


===========

Kalau, habis baca tulisan ini terus masih mikir dan masih  pengen ngejulid, terus... tolong tanamkan di pikiran kalian hal ini

"Berkata baik, atau diam...."


Cukup.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8