Surat Dari Alana : Segitiga yang Jenaka.

Sudah lama rasanya aku tak menghampiri virtual forum ini, tak lagi aku menceritakan tentang si senja dan nightmare dan siang bolong, ataupun tentang secangkir milo hangat. Rasa-rasanya sudah banyak bulan setengah yang kita lewati, hanya untuk bertegur sapa di akhir pekan.

Sudah banyak chapter-chapter nyanyian pinggiran yang sudah terlewatkan. Hingga pada akhirnya menghantarkan kita pada suatu sore di selatan Jakarta, lebih tinggi dari jalan raya, dan lebih rendah dari jalan layang Antasari-Blok M. Sekitar 4 tahun lalu, untuk menginjakkan kaki di bawah jalan layang Antasari saja rasanya seperti menghitung gabah pada beras yang sudah siap jual di pasar. Namun, semua berubah...hingga aku akhirnya hafal setiap kelokan dan spot-spot jalan di Kemang hingga jalan tembusan ke Bona. ya, tak akan ku temukan partner perjalanan yang menyenangkan dengan si beda rumah ibadah itu. 

Kembali lagi pada perbincangan kita di tengah kerasnya klakson orang-orang kaya dan di sekitar nyanyian masa kini. Matahari hampir tenggelam, yang berarti langit sedikit keunguan hari itu. Hari dimana terkadang tak berjalan dengan keinginan kita, dan hari dimana ternyata kita memainkan peran yang sangat baik satu sama lain, peran "Tak pernah terjadi apa-apa". Di saat itu aku tak tahu siapa di antara kita yang jujur atau sedang berbohong, sejauh ini..kita berdua terlalu pintar untuk peran itu.

Tapi, tak peduli siapa yang memainkan apa saat itu, kita hanya berpacu dalam waktu untuk menjawab semua pertanyaan yang sebenarnya jawabannya sudah menjadi rahasia umum, itu katamu. Lagi-lagi kita mencoba mengklarifikasi apa yang dirasa tak sejalan dengan hati nurani, bahkan aku tak tahu kau jatuh terlalu dalam didalam wilayahku. Aku sudah memperingatkan, jangan memakai perasaan.

Cinta, cih....mengetiknya saja membuat jemari-jemariku hampir mati rasa, bukannya sok tak ingin lagi membahasnya, semenjak peristiwa berbeda rumah ibadah itu aku seperti enggan untuk merasa terluka kembali. Jadi, seharunsya kau jangan berharap banyak padaku saat ini. Sebagaimana aku tak mengharap kepada dirinya, yang membuat kita berada pada pola segitiga yang sangat jenaka.

Aku memang benar-benar ingin menuntaskan semuanya hari itu, hanya saja, untuk bagian bersamamu sungguh di luar rencana. Tapi sepertinya semesta memang menyuruhku untuk menyelesaikan apa yang ada di hadapan sebelum bertemu dengan sebuah pengharapan. Tak apa, 

Semua benang kusut itu sedikit demi sedikit sudah mulai terurai, setidaknya aku dan kamu memiliki versi yang hampir jelas sekarang, bedanya mungkin aku menaruh luka padamu. Dan aku membiarkan diriku terluka karenanya. Walau sebenarnya setengah mati aku menahan untuk tidak meneteskan air mata.

Sebenarnya untuk apa pula aku menjelaskan panjang lebar mungkin kau dan dia tak akan pernah membacanya. Biarlah, selalu ada yang ingin tahu lebih apa yang terjadi antara aku, kamu dan dia. Mungkin ini lebih mudah kalau kita tak pernah bersua sama sekali dari awal. Tapi apa daya, Cinta memang jenaka. 

Ku tutup obrolan itu dengan mencoba kembali memainkan peran "Tidak terjadi apa-apa" sejauh ini hanya itu yang bisa aku lakukan, terlebih aku dan kamu memiliki kemampuan lebih di bidang itu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

no need...to

siapa kamu? dan kenapa ? (lagi dan selalu..)

tidak semua harus diberi judul kan? #8